Senin, 13 April 2009

Kisah tentang jalan abadi

Kekasihku,kisah tentang jalan abadi,
menatap dengan rona pilu
ketika hitam termusuhi sang putih
Tatkala kebenaran terhancurkan oleh diam
saat arah perjalanan kita meminggirkan negativitas
dan kebahagiaan pun akan terpinggirkan kesedihan

Kekasihku,terdengarkah bisikin lirihnya.?
yang mencoba berbagi pedih akan dirinya
karna ketakutan telah terbentang lebar
Kekasihku,terangkumkah jejak-jejak rindunya.?
yang mencari pijakan bersandar sejenak perjalanannya
disisi berbeda dirinya diperkosa kebutaan hati

Nurani menuturkan nada-nada indah sucinya
yang sejatinya terdengar telinga hati teracuhkan,
Ironis..tirani dengan sombongnya berbisik dari kejauhan
menelusup jauh dalam lembah diri
yang jadikan diri berpayungkan kedustaan

Kekasihku,perjalanannya tak sampai disini
walau sayapnya terhunuskan pedang keletihan
tetap melangkah walau terseok menyeret diri

Kekasihku,banyak pasangan kekasih terpisahkan
yang sejatinya kemesraan senantiasa menyelimuti mereka,
seharusnya keindahan mendekap mesra mereka,
yang semestinya keabadian melindungi mereka,

Tapi kekasihku,ketakutan mulai membelainya
Karna kakinya terbekukan setumpuk salju keinginan

Kekasihku,.
Hitam takkan menjadi hitam,
tatkala putih terpinggirkan
Bukannya kebahagiaan hambar
tanpa kesedihan menghampiri.?
mungkinkah ada tercipta kesucian,
tanpa benih kekotoran yang menyertainya.?
Adakah kebaikan bergelarkan kebaikan,
tanpa barometer,bernama keburukan.?
Akankah ada kematian,bila tiada kelahiran.?

Tak sedikit pertanyaan menyelimutiku,kekasihku
Namun tak banyak embun membasahi dahagaku.

Indahnya perbedaan telah terinjak egoisme kita
yang selalu menceraikan baik dan buruk,
yang selalu mencela kelemahan makhluk lainnya,
apabila diri terendahkan layaknya padi,
kelemahan hanyalah bayangan diri pada sisi berbeda

Terus mencari,terus merenungi
tak pelak letihku,terhentikan pecarianku

Akhirnya,tahta sang bulan,
tergantikan sang matahari tuk menerangi hidup
akhirnya rinduku bermuara pada satu samudera
bernama perbedaan..

Ia tidak egois sepertiku,kekasihku
Ia tidak marah,tatkala tahtanya harus targantikan,
Ia bukan sedih,kala ia terceraikan ego kita
Ia juga tidak mengeluh,ketika kita mengabaikannya
Tapi apakah ia pernah mati...?
tak seperti kita yang pasti mati kekasihku.

Ia abadi dengan segala miliknya
kelebihan dan kekurangannya..

Pujangga suci pernah bertutur,
"Kita adalah titisan suci yang terlahir,
dengan sebuah sayap keabadian
yang tak bisa,
dan tak akan pernah bisa terbang,.
Tapi kita manusia,hanya bisa terbang
dengan sepasang sayap keabadian..
dan hanya dengan saling bergandengan tangan
kita mampu terbang dengan sayap keabadian
menuju kehidupan yang abadi...
dengan merangkul mesra perbedaan

Kekasihku,terdengarkah bisikin lirihnya.?
heningkanlah diri..
Kekasihku,terangkumkah jejak-jejak rindunya.?
renungkanlah..

Cintailah perbedaan,
karena tak ada yang salah dengan dirinya
Kekasihku,indahnya perbedaan.
Dapatkah kita..?

Tulisan ini didedikasikan untuk kita yang seharusnya beriringan dengan indahnya perbedaan,..

-Ari Wisata 9-12/04/09

Kamis, 19 Februari 2009

Love mean...

Tatkala cinta mampu membuat,.
hal yang berjauhan menjadi lebih dekat...
Kehidupan menjadi lebih bermakna...

Kita telah mendapat anugerhaNya..
namun seringkali kita tidak melihatnya,
layaknya mata yang tak sanggup melihat telinga..
walu jaraknya begitu dekat...

Jumat, 13 Februari 2009

Entahlah...

Kehidupan sudah berjalan dengan sempurna.
Sebelumnya,saat ini,dan esok..
ia akan terus berjalan sempurna.

Hanya dengan meletakkan ego pada tempatnya,
mencintai dengan proporsinya,
serta mensyukuri setiap aliran anugerah olehNya,
kepada kita semua...

Sabtu, 31 Januari 2009

Memaafkan,memuliakan hati

Memaafkan, bagi sebagian besar orang menjadi hal yang begitu berat untuk di lakukan. Berat, sulit, atau tidak mungkin untuk di lakukan,.. semua itu telah menjadi cap yang telah menempel erat pada kegiatan mulia ini, yaitu memaafkan. Sedangkan, pada sisi yang berbeda, memohon maaf pun dapat menjadi hal yang sama beratnya dengan memaafkan. Bahkan seringkali menjadi jauh lebih berat, bila balutan 'ego' sudah demikian besarnya menguasai diri..
Pada tahun 2002, tahun yang dapat di katakan tahun yang kelam bagi aspek kedamaian indonesia, di mana bom telah menggoyahkan tatanan kedamaian Indonesia, khususnya Bali.. Akankah pelaku pemboman yang notabene telah terbutakan nuraninya, sehingga kegelapan menyelimuti hati mereka, hingga tega membunuh saudara - saudara kita sesama umat manusia.. Akankah kita berkenan memaafkan mereka? Saya tidak mengetahui jawaban Anda, tapi saya sama sekali tidak menghasut atau menghakimi, ataupun meramalkan, namun, jawaban yang kita miliki saat ini, dapat berubah setiap saat, sesuai dengan 'kedewasaan jiwa' kita dalam menyikapi hal ini.
Pada dasarnya, sebesar apapun, separah apapun kesalahan yang telah diperbuat seseorang, tidaklah bijaksana, bila kita terbungkus oleh amarah yang begitu membara dan membutakan nurani, sehingga enggan, bahkan tidak bersedia memaafkan, hanya karena tidak dapat 'menerima' kesalahan yang telah diperbuat oleh orang lain. Dalam hal ini, bijak tidak berarti harus bersikap seperti layaknya seorang suci, ataupun Hakim. Namun bijak disini, berarti bahwa kita telah bisa memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kembali pada konteks yang sebelumnya, bila kita renungkan sejenak saja, tidak sepenuhnya sebuah kesalahan, murni di lakukan oleh seseorang sepenuhnya. Tidak selamanya hanya karena kesalahan 'subyek pelaku'. Seringkali, 'kondisi' tertentulah yang memaksa sebuah kesalahan tercipta. Jadi apakah pantas seseorang menjadi tidak termaafkan karena kesalahan yang diperbuatnya begitu besar dan mendalam, baik disengaja ataupun tidak disengaja.? meskipun telah memohon maaf dengan tulus secara mendalam.? Bijaksanakah bila bertindak demikian.? sekali lagi, bukan menggurui Anda semua, hanya saja, saya mengungkapkan pandangan saya melalui apa saya tuturkan ini.
Ada banyak hal yang mendasar yang menjadi penyebab kebanyakan dari kita, termasuk Anda dan saya, tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Pertama, penyebab dari dalam diri manusia itu sendiri, yaitu 'ego'. Dalam diri manusia, ada Hati, sebuah kedamaian, ketentraman, kebenaran, berasal. Namun, hati ini berlapiskan oleh banyak lapisan yang menyelimutinya, yang salah satunya, yaitu ego. Ego yang selalu mengekang diri, dan ego juga menyebabkan kebanyakan orang berpikir bahwa hanya 'dirinyalah' yang benar, dan menganggap orang lain salah. Bagaimana bila kita melihat dari sudut pandang 'subyek bersalah', orang yang telah melakukan kesalahan. Ada perasaan bersalah dan berdosa yang demikian besar hingga menjadi beban berat dalam pundaknya, walaupun, tidak semua orang merasakan dan melakukan hal yang sama. Dan, bagaimana pula tindakan kita bila kita berada dalam posisi yang salah? Tidak semua orang akan melakukan hal yang sama. Dan sekali lagi, hanya berandai - andai. Bila mengacu pada sebuah peribahasa, "pengalaman adalah guru terbaik, tapi menurut saya pribadi, pengalaman orang lain merupakan guru yang 'lebih' baik dari yang terbaik", maka kita boleh saja beranggapan bahwa, bila kita melihat kesalahan orang lain, kita tidaklah harus melakukan kesalahan yang sama untuk memetik makna dari kesalahan itu. Cukuplah kita belajar dari kesalahan orang lain itu. Dan karena ego yang begitu besar menguasai diri, memaafkan menjadi 'tabu' atau menjadi hal yang pantang untuk dilakukan. Sehingga ego yang menguasai diri berkembang menjadi dendam, dan dendam ini tidak lagi menjadi musuh dalam selimut, 'tapi telah menjadi musuh dalam diri'.
Kedua, karena manusia memiliki perasaan yang 'sensitif'. Ada perasaan takut, bahwa kalau - kalau orang yang memohon maaf, 'tidak benar - benar sadar' akan kesalahannya, dan berimbas pada ketakukan akan terjadinya kesalahan yang sama. Memang benar, mencegah lebih baik daripada mengobati, namun, dalam hal ini, memaafkan menjadi prioritas yang utama dan juga mulia. Dan untuk sekian kalinya, saya mengajak kita semua berandai - andai, mengandaikan, bukan mengkhayalkan. Andaikata kesalahan yang sama dilakukan, maka percayalah, Tuhan punya sebuah rencana yang terbaik untuk kita, karena Tuhan mencintai semua umatnya, bahkan setiap elemen dalam alam semesta ini. Jadi, bagaimana bila ketakutan akan terjadinya kesalahan yang sama benar - benar terjadi ? Untuk hal ini, kembali kepada seberapa bijak, seberapa 'dewasa jiwa' kita dalam menyikapinya. Sah - sah saja kita tidak akan memaafkannya lagi, dan hal ini memiliki konsekuensi yang kembali lagi pada diri kita, atau bahkan dengan bijak dan ikhlas, memaafkan apa yang telah terjadi, dan pasrah kepada Tuhan sepenuhnya.
Ketiga, yang terakhir, namun tidak berarti tidak penting, yaitu hati manusia. Bila hati manusia telah terhuni oleh berbagai macam ketidakbaikan dalam dunia ini, maka jangankan memaafkan, untuk memohon maaf saja, walaupun dengan sangat jelas bahwa kita yang bersalah, tidak akan di lakukan. Bila hati nurani manusia telah terbutakan, maka tiada lagi cahaya dari hati yang bersinar dan manusia hanya menjadi budak ego, kebencian, dan dendam.
Namun, dari semua penyebab yang ada, ada sebuah pondasi yang paling kuat yang tidak akan pernah bisa di tembus oleh apapun, yaitu kekuatan cinta, kekuatan cinta kasih yang sebenarnya.
Sebagai contoh nyata, pada tahun 1940-an, salah satu kekuatan militer terkuat di dunia pada saat itu, Inggris, takluk oleh cinta kasih tanpa kekerasan oleh seorang Mahatma Ghandi. Bunda Theresa, seorang suster yang setiap harinya bergulat dengan tugas mulia Beliau, yaitu merawat pasien - pasien penderita penyakit menular, seperti kusta, menjadi 'kebal' terhadap berbagai penyakit menular itu, hanya karena sebuah kekuatan yang dinamakan cinta. Seperti itulah cinta kasih sejatinya.
Cinta kasih terhadap sesama manusia dengan memandang bahwa semua manusia adalah sama, yaitu tiada satupun manusia yang sempurna. Cinta kasih terhadap lingkungan dan alam yang telah memberikan tempat hidup yang terbaik bagi kita. Dan secara tidak langsung, bila kita bisa mencintai lingkungan dan manusia, dan melayaninya dengan cinta kasih, maka kita juga telah mencintai Tuhan dan telah melayani Tuhan dengan cinta kasih. Dan secara pandangan pribadi, saya mengungkapkan bahwa inilah makna cinta kasih yang sebenarnya.
Apabila kita telah dapat memaafkan, terlebih dengan tulus ikhlas, maka di dalam hati kita akan terasa sebuah kedamaian dan kebahagiaan. Serasa ada beban berat yang terlepas dari pundak kita. Karena memaafkan dengan 'ikhlas' merupakan salah satu perbuatan yang sangat - sangat mulia di zaman yang dapat dikatakan sebagai zaman 'edan' ini. Terlebih lagi ada sebuah kata 'ikhlas' yang menyertainya. Andai boleh bertutur sejujurnya, memaafkan saja berat, apalagi dengan disertai dengan rasa ikhlas dalam memaafkan. Namun, betapa mulianya hati ini bila dapat memaafkan dengan ikhlas. Mengikhlaskan segala kesalahan dan dosa yang telah terjadi dan berusaha menjadi manusia yang mencoba melakukan yang terbaik walaupun bukan manusia yang terbaik. Memaafkan, adalah sebuah upaya dalam memuliakan hati, serta menjernihkan hati dengan membuka lapisan - lapisan ketidakbaikan dalam diri, hingga akhirnya cahaya dari dalam hati dapat memancar keluar. Karena dengan memaafkan, berarti kita berada dalam langkah untuk mendewasakan jiwa, dan mendamaikan hidup dari berbagai kekhawatiran.
Terdengar utopis atau mengkhayal ? Tidak juga. Cobalah sedikit merenungkan, bila melakukan hal baik, sekecil apapun itu, pasti, pada saat setelah melakukan hal itu, ada sebuah kepuasan tersendiri, seakan perasaan tenang, bahagia dalam diri..
Kembali kepada konteks memaafkan dengan ikhlas, yang memiliki dasar cinta. Sebenarnya, orang yang tidak bisa memaafkan orang lain, sama saja memutuskan jembatan yang harus di laluinya, karena pada dasarnya, memafkan jauh lebih mulia daripada memuja Tuhan tanpa adanya refleksi dari pemahaman tentang bagaimana mencintai Tuhan yang sesungguhnya. Karena setiap orang sebenarnya berhak mendapatkan maaf.
Tapi, semua tergantung pada diri kita, apakah masih terkekang oleh berbagai kegelapan yang membutakan nurani, atau mulai menjadi orang yang hidup dengan cinta kasih yang sebenarnya..? Mari kita selami dalam - dalam diri kita, dan temukan jawabannya dalam lubuk hati.
Saya mengutip sedikit pernyataan yang diberikan oleh sahabat saya. Bahwa sesungguhnya, segala jawaban, ada di dalam diri kita, tetapi mengapa kita seakan mencarinya di luar. 'Tak ubahnya seperti saat kita bercermin. Andaikan tampilan kita di cermin itu kurang menarik, apakah itu salah cermin ? Tentu saja tidak, sebagaimanapun cermin itu kita perbaiki, walau di bawa ke tempat aneh bernama 'ketok magic', tampilan kita di cermin akan tetap saja sama. Seharusnya kita sadar, bahwa tampilan itu adalah tampilan kita, ini berarti, tampilan kitalah yang harus di ubah, bukan cerminnya. Jadi, mengapa mesti menyalahkan orang lain, mengapa kita tidak 'bercermin' terhadap diri kita sendiri..?
"Tatkala kita bisa mencintai semuanya, dan melayani semuanya dengan cinta, maka kebahagiaan tidak lagi hanya singgah di hati dalam hidup ini, tetapi akan tinggal dan bersemayam di dalam hati". Semoga damai di hati, damai di jiwa, dan damai di kehidupan ini, semoga damai selalu menyertai"....

Tuturan Bahasa tanpa Batas

There is only one language..
language of heart..
hanya ada satu bahasa di dunia ini, satu bahasa yang tidak terbatasi oleh apapun, bahasa hati.. Apabila kita mau meluangkan sedikit saja waktu untuk merenung, akan tampak sebuah keganjilan daripada bahasa yang bibir kita biasa ucapkan. Seringkali, apa yang ada dalam hati, yang ingin diucapkan melaui perantara 'bibir', seringkali pula, orang lain salah menangkap daripada apa maksud yang sebenarnya ingin disampaikan.
Sebagai contoh keterbatasan kata - kata. Apabila Anda ingin menjelaskan rasa pisang kepada orang lain, adakah kata yang memiliki makna sama persis dengan apa yang ingin Anda sampaikan? bagaimanakah rasa pisang? apakah manis? berarti seperti gula..apakah kecut? berarti seperti jeruk.. Jadi, dapatkah kita menemukan sebuah kata yang tepat untuk merepresentasikan rasa buah pisang..? saya pikir, setidaknya sampai detik dimana saya bertutur melalui tulisan ini, tidak ada kata yang demikian..
Dari ilustrasi kecil diatas, saya hanya sedikit merangkai apa yang saya bisa tangkap dari bahasa alam yang ada di sekitar kita. Saya terkagum akan bahasa ketulusikhlasan daripada setangkai bunga. Pada saat bunga belum bermekaran, apakah pernah kita memujinya? namun pada saat bunga telah mekar, dengan semerbak aroma wanginya, kita memujinya. Namun, apakah bunga pernah menuntut pujian dari bibir kita..? apakah dengan pujian yang kita lontarkan, bunga itu akan tampak semakin indah dan wangi..? tidak. Tapi, apakah makna bahasa diam yang diperagakan oleh bunga kepada kita yang dapat kita terjemahkan.? Bunga, dengan tulus ikhlas menyebarkan semerbak aroma wanginya dan keindahannya yang mempesona, namun ia sama sekali tidak pernah menuntut apapun dari kita..Pujian yang seringkali kita lontarkan, hanyalah menjadi bahasa kemunafikan kita..
Bunga, dengan tulus dan ikhlas, telah bertutur kepada kita semua, dengan bahasa 'diam'nya. Sedangkan kita, yang terlalu sering bergulat dengan keterbatasan bahasa yang hanya bisa membatasi makna atau maksud yang sebenarnya..
Kata - kata, hanyalah pembatas, dan juga seringkali dapat menjadi penambah maupun pengurangan makna yang sesungguhnya. Kata - kata sering melebih - lebihkan ataupun mengurangi sesuatu. Bahasa hati yang sesungguhnya, setiap insan dapat memahami, tidak pernah kita gunakan. Bahkan, seekor anjing pun, mahir menggunakan bahasa hati. Coba perhatikan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Saya pikir, kesetiaan daripada apa yang telah ditunjukan oleh seekor anjing, merupakan bahasa cinta daripada anjing, yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa verbal, bahasa seperti kita. Namun, seekor anjing lebih mahir menggunakan bahasa hati, ketimbang kita, yang menjadi terkekang oleh sempitnya bahasa verbal kita.
Sebuah senyuman, seringkali lebih dapat menjadi representasi yang sangat tepat ketimbang kata - kata yang dapat diucapkan..Tatkala hati sedang 'sumringah' dengan sebuah kedatangan 'tamu' yang bernama kebahagiaan, sebuah senyuman yang lebar pun menghiasi wajah, sudah dapat menjelaskan apa yang sedang dirasakan..tatkala kedatangan 'tamu' bernama penderitaan, hati sering terasa pilu, senyuman miris juga terpajang pada wajah. Dari sini pula, ada pernyataan seorang sahabat yang sangat bijak menuturkan..Tatkala kebahagiaan merasuki, kita belajar menerimanya dengan tersenyum, namun, tatkala penderitaan menyapa, kita juga belajar untuk menerimanya dengan senyuman..Karena semuanya, kebahagiaan ataupun penderitaan, merupakan hadiah rutin dari Tuhan untuk kita..
Sebuah ungkapan klise, cinta, seringkali terbatasi oleh kata - kata yang digunakan untuk menjelaskannya. Tatkala cinta, diungkapakan dengan kata - kata yang digunakan, hal ini hanyalah mengekang cinta dalam ruangan yang sempit.Tapi, biarkanlah cinta menggunakan bahasa hati, agar cinta mendapat ruang yang seluas - luasnya untuk bertutur dan bernyanyi kepada kita.. Sebuah kekuatan terbesar di dunia ini, kekuatan diatas pikiran dan pengetahuan, kekuatan cinta..Dunia mengalami perubahan dari zaman ke zaman, juga dihiasi dengan cinta. Bagaimanakah, bila bumi (mungkin dalam hal ini, lebih tepatnya Tuhan, dengan garis takdir-Nya) benar - benar mencintai kita, umat manusia, dengan 'menghentikan' (mungkin kata ini lebih halus daripada memusnahkan) dominasi keluarga Dinosaurus di bumi..?
Kembali kepada konteks tuturan bahasa hati. Mungkin, adakalanya kita menggunakan bahasa hati, untuk berkomunikasi..Orang tua kita, Anda dan saya, menggunakan bahasa hati yang tidak verbal untuk bertutur kepada kita, bahwa mereka mencintai kita setulus hati..Mereka lebih sering menggunakan bahasa hati. Sebagai contoh kecil, apa yang telah mereka berikan kepada kita, dan untuk apa pula mereka rela membanting tulang demi kita anak - anaknya.? Semua itu adalah kata - kata cinta dalam bahasa hati mereka kepada kita..Bukankah, bahasa hati yang mereka gunakan, lebih bermakna ketimbang kata - kata kosong yang seringkali menjadi daratan yang dibatasi oleh luasnya samudera makna..?
Sebenarnya, untuk apakah saya menulis tulisan ini, apabila kita bisa menggunakan bahasa hati untuk berkomunikasi...? sebenarnya, tulisan ini, hanyalah bahasa yang saya gunakan, untuk menggantikan suara dari bibir saya yang seringkali 'terkontaminasi' oleh berbagai macam pikiran negatif..Tapi, bila kita semua (walaupun tidak akan pernah sempurna) telah bisa berkomunikasi dengan bahasa hati, yang tidak mengenal abjad, namun dapat menjelaskan apa makna yang paling sebenarnya dan paling luas. Seperti tuturan sajak singkat ini..

"Kereta, bukanlah kereta bila belum dijalankan,
Genta, bukanlah genta bila tiada dibunyikan,
Nyanyian, bukanlah nyanyian bila tiada dinyanyikan,dan,
Cinta, bukanlah cinta, bila tiada dilaksanakan,
bukan di ucapkan..."

"Biarkan hati, bertutur kepada kita yang tiada sempurna ini, melalui bahasa yang tiada berabjad, namun dapat kita pahami, juga dengan hati.."

Pelukan Karma

Walau raga ini lalu mati,
ada bayang mengiringi jiwa..
rangkulan lingkaran karma,
senantiasa menyelimuti jiwa,
yang kan slalu melekat dalam jiwa..
Pelukan karma erat mendekap
hingga merobohkan tembok ruang dan waktu..

Jika terang harus turun dari tahtanya
terganti oleh gelap menjelang..
Bayang gelap terpancar telaga kehidupan
Mengusik Nyanyian Dharma yang kian terbaikan..
Hembusan Mantra menyapa dahan ketulusan..
derai hujan puja basahi lusuhnya ketentraman
embun mantra redakan dahaga kesucian
Lirih alam senandungkan kedamaian

Kala gelap menerangi,
terang akan setia menemani..
Lingkaran dualisme tiada terpisahkan,
walau kedamaian bertemankan kebencian,
putih bersahabatkan hitam
dan keheningan beriringkan keriuhan..
Hanya karma tiada terpisahkan
maut pun tak mampu menyentuhnya

Letihku terombang ambing badai karma
jalan setapak menjulang menantang
langkah perjalanan abadi karma..
mengikuti perjalanan jiwa,
yang menerangi gelapnya mata
serta meluluhkan gunung ego..

Ketika jiwa mulai bertumbuh dewasa,
pikiran mulai tercerahkan
tuturan ucap yang terlontarkan terjernihkan
tindakan jiwa menjelmakan cinta,
anugerah Dharma menyertai karma

Melalui sebuah keheningan mendalam,
yang meresapi setiap nafas terhelakan..
kepasrahan jiwa dengan ketulusan..
yang bertutur dalam lantunan indah bahasa hati.
dan terbasahi hujan cinta kasih,.
seketika jiwa mampu terbang melayang..
diatas jeratan lingkaran karma tiada bertepikan,
dengan Sayap-sayap Cinta...

Doa,derita,cinta

Doa bukanlah doa bila tiada sebuah 'titik' tindakan yang di lakukan sebagai refleksi dari sebuah doa. Hidup bukanlah hidup ketika tiada derita dan bahagia yang menghampiri silih berganti. Dan juga cinta bukanlah cinta ketika hanya mengharapkan sebuah kebahagiaan saja yang akan datang menyapa, tapi "cinta barulah menjadi sebuah cinta sesungguhnya, tatkala ketika penderitaan dan kebahagiaan bisa kita terima kedatangannya dengan sebuah senyuman yang tulus penuh dengan rasa syukur atas pemberiannya"...

Derita dalam sebuah cinta bukanlah sebuah musuh, melainkan merupakan sebuah bagian cinta yang akan mendewasakan sebuah cinta...

Cinta yang murni berasal dari hati dan di tujukan untuk semua unsur yang ada dalam hidup ini. Mencintai kawan, musuh, kekasih, ataupun Tuhan, sesuai dengan proporsinya..

Ketika memberikan cinta dengan tulus,di saat bersamaan,kita mendapatkan cinta yang lebih dari apa yang kita berikan..

Tiada mempedulikan apakah yang disinarinya suci,
tidak peduli yang disinarinya adalah seorang hina,
tak mengindahkan apa yang disinari menerima sinarnya atau memakinya,
dan tiada pula bertanya apakah Anda orang baik atau tidak,
tapi, bila waktunya bersinar maka bersinarlah ia,
sang surya, cahaya bagi gelapnya kehidupan..
Matahari...

-Dengan cinta

Cinta dan realitanya

Cinta dan Realitanya
Cinta,adalah sesuatu hal atau mungkin sebuah kata bila kita tidak mau menyebutnya sebagai benda,sangat sering mampir di "telinga" kita.Namun,apakah pernah ia,cinta,mampir ke telinga hati kita? Alam yang tak mampu berbicara dalam bahasa verbal,lebih dapat bersenandung tentang cinta secara jernih kepada kita,Namun,seringkali kita tak mengindahkan setiap senandung yang telah dikidungkan alam kepada kita.Tapi sebelumnya,saya tidak bermaksud untuk menggurui Anda,karena apa yang saya sampaiakan ini,juga masih jauh dari kesempurnaan, dan saya bukanlah siapa-siapa. Jadi izinkalah saya menuturkan apa yang saya ketahui,dan maafkan atas ketidaksempurnaan saya.

Kembali ke dalam konteks cinta. Sebagai remaja yang mulai beranjak dewasa,Anda dan saya,juga merasakan getaran - getaran yang di akibatkan oleh kekuatan bernama cinta. Kebanyakan dari kita,atau lebih tepatnya,semua dari kita, pasti pernah merasakan suatu perasaan yang mengetarkan hati yang namanya jatuh cinta,atau apalah ungkapan lainya. Tatkala kita merasakan getaran cinta yang bergejolak di hati,semua akan terasa berbeda.Dan belum ada kata yang bisa merepresentasikan apa yang kita rasakan bila jatuh cinta.Apakah rasa senang,sedih,rindu yang bergejolak,cemburu,atau jantung yang berdebar-debar,semua tak dapat mewakilkan persaan ketika jatuh cinta.

Begitu banyak kejadian atau peristiwa yang dirasakan ketika jatuh cinta.Apakh itu jantung berdebar-debar ketika bertemu pujaan hati,cemburu karena kekasih bersama orang lain,atau mungkin didekap oleh rasa rindu yang demikian erat.Teringat akan senyum pasangan,memperhatikan setiap tindak tanduk,cara bicara dan berpakaiab pasangan.Semua terasa begitu sempurna-setidaknya saat perasaan jatuh cinta masih memeluk kita dengan erat.
Banyak yang sudah membuat karya,seperti puisi,sajak,cerpen,novel,lagu,atau film,dengan sumber inspirasinya adalah kekuatan cinta.

Sekali lagi,kembali kepada konsep dasar cinta. Cinta bila dibagi berdasarkan kapasitasnya,akan menjadi dua tingkatan.Pertama,cinta dalam konteks perasaan.Yaitu masih berkisar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perasaan ketika jatuh cinta.Hal ini masih bersifat idealis.Karena tatkala jatuh cinta,seakan dunia hanya menjadi milik diri sendiri.Tidak ada yang salah akan hal ini.Namun,bila kita melangkah ke dalam tahap tingkatan kapasitas cinta selanjutnya,yaitu cinta dalam konteks kekuatan.
Contoh nyata cinta dalam konteks kekuatan,sangatlah kompleks.Bila dalam pelukan cinta,akan muncul kekuatan maha dahsyat.Seakan-akan,bila diperintahkan untuk menyebarangi 7 samudera ataupun mendaki gunung tertinggi,semua dapat dilakukan.Seakan semua seperti slogan salah satu produsen peralatan olahraga terkemuka,"nothing is impossible",tidak ada hal yang tidak mungkin.

Namun,ada pula contoh nyata akan kekuatan cinta,dan frekuensinya pun tidak sedikit.Seorang Bill Gates,yang bahkan tidak lulus perguruan tinggi,karena kekuatan cinta,mampu menjadi orang terkaya di dunia,dan juga memiliki rasa cinta kasih yang luar biasa,hal ini dibuktikan dengan mendermakan hampir 90 persen penghasilannya untuk amal.Contoh lain,kekuatan militer yang dimiliki oleh Inggris,tak berdaya oleh cinta kasih tanpa kekerasan oleh seorang Mahatma Gandhi.Ibu Kartini,yang begitu gigih memperjuangkan nasib perempuan,tidak lain karena cinta Beliau kepada kaumnya.Nelson Mandela yang juga begitu gigih memperjuangkan kaumnya,walau mendapat perlakuan yang tidak manusiawi,juga memiliki rasa cinta kasih yang luar biasa.Satu lagi,Bunda Theresa,yang setiap hari berinteraksi dengan pasien-pasien yang mengidap berbagai penyakit menular,seakan menjadi kebal akan penyakit-penyakit itu,dan juga karena cinta kasih terhadap kemanusiaan Beliau yang begitu kuat.
Apakah kebetulan? Menurut saya pribadi,tidak sama sekali.Yang penting bagi Anda dan saya,adalah bagaimana kita bisa menarik makna-makna yang tersimpan di dalamnya.
Seperti apa yang pernah disampaikan oleh seseorang yang istimewa kepada saya,"Cinta ibarat api,bila kita bisa menggunakannya dengan bijaksana,ia akan berguna,tetapi bila tidak,kita akan terluka oleh kekuatannya."

Dalam lingkup agama,kekuatan cinta,bisa merubah karma,menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bila kita bijak menggunakan kekuatan cinta yang maha dahsyat. Bhagawan Walmiki,bisa menjadi seorang Bhagawan dari seorang perampok kejam,karena kekuatan cinta Beliau kepada keluarganya.Sang Budha,Sidartha Gautama pun,menjadi "tercerahkan" di bawah pohon Bodhi,karena cinta kasih Beliau terhadap kemanusiaan yang begitu tulus.

Kekuatan cinta juga bisa menyebabkan kita bisa mendekati hal yang bernama kesempurnaan.Walau kesempurnaan hanyalah milik Tuhan,tapi bukan berarti kita tidak boleh berusaha untuk mendekati kesempurnaan.Bukankah hal ini juga berarti kita berusaha agar bisa bersatu dengan Beliau. Bukankah kesempurnaan merupakan rangkaian ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan yang kita miliki? Dengan kekuatan cinta,kita bisa menjadikannya sebagai kekuatan spiritual.

Mungkin semua terdengar utopis,namun tidak ada salahnya kita berusaha menggunakan cinta sebagai jalan untuk menuju kepadaNya,atau yang lebih realistis,agar dapat membayar hutang karma dan berusaha membuat karma yang lebih baik. Apakah salah bagi kita untuk berusaha menggunakan Cinta untuk tujuan yang lebih baik ?